LAPORAN PRAKTIKUM
ELEKTRONIKA FISIS DASAR
II
“OSILATOR”
OLEH
ADRIADIPA SAIDIN T
H211 10
008
KEL. II
ASISTEN: JONATHAN SAPAN
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Praktikum
osilator kali ini adalah suatu konsep pendalaman tentang elektronika analog
yang mencakup beberapa aspek pengetahuan dasar tentang impedansi, reaktansi,
resistansi, penguatan, umpan balik, penapisan, daerah kerja, stabilitas,
control dan distorsi, baik elektronis, linieratis, harmonic, bahkan
multiplikatif serta teori gelombang di dalam elektronika.
Osilator elektronis adalah suatu
rangkaian penguat yang dikondisikan agar dapat menghasilkan isyarat listrik
periodic. Bentuk gelombang yang memegang peranan penting dewasa ini adalah
sinusoida, gigi gergaji dan pulsa. Osilator bias dibangun dengan menggunakan komponen
yang memperlihatkan karakteristik resistansi-negatif dan lazimnya hal ini
adalah dioda terobosan dan transistor satu lapis. Namun demikian, sebagian
besar rangkaian osilator didasarkan pada penguat dengan loop umpan balik
positif. Jika sebagian dari keluaran penguat diumpan balikkan sefasa dengan
masukan, maka masukan efektifnya ditingkatkan dan dengan demikian penguatan
keseluruhannya semakin tinggi. Penguatan yang tinggi timbul dari penggunaan
umpan balik positif dapat dipakai untuk memelihara amplitudo osilasi dengan
penggantian kerugian-kerugian yang terjadi dalam jaringan penentu frekuensi.
Banyak rangkaian yang dapat dipakai untuk membangkitkan gelombang sinus.
Dan yang paling populer adalah Osilator
Clapp,Osilator
Colpitt,Osilator
kristal, dan jembatan Wien. Setiap tipe mempunyai keuntungan khusus dan daerah penerapan masing-masing.
Jembatan Wien banyak dipakai dalam osilator frekuensi audio terutama karena kemantapan
frekuensinya yang baik dan relatif mudah dibuat.
I.2 RUANG
LINGKUP
Percobaan
osilator ini meliputi beberapa pokok persoalan, yakni bagaimana pengaturan
dalam penguatan dan umpan balik, bagaimana penapisan dan penalaan frekuensi
isyarat suatu gelombang, bagaimana stabilitas suatu osilasi dan titik kerja
serta daerah kerja sutu penguat, dan bagaimana mengetahui adanya distorsi
harmonik yang terdapat pada suatu sistem osilasi.
I.3 TUJUAN
PERCOBAAN
Setelah
melakukan percobaan ini, maka praktikan diharapkan mampu menguasai pengetahuan tentang:
1. Pengaturan
penguatan dan umpan balik
2. Penapisan
dan penalaan frekuensi isyarat suatu gelombang
3. Stabilitas
osilasi dan titik kerja serta daerah kerja sutu penguat
4. Mengetahui
adanya distorsi harmonik yang terdapat pada suatu sistem osilasi.
I.4
WAKTU DAN TEMPAT PERCOBAAN
Percobaan
ini dilaksanakan pada hari rabu tanggal 25 April 2012, pada pukul
13.30-16.30 WITA. Percobaan ini berlangsung di laboratorium Elektronika Fisis
Dasar , Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Banyak sistem elektronik menggunakan
rangkaian yang mengubah energi DC menjadi berbagai bentuk AC yang bermanfaat.
Osilator, generator, lonceng elektronika termasuk kelompok rangkaian ini. Pada
penerima radio misalnya, isyarat DC diubah menjadi isyarat AC frekuensi-tinggi.
Osilator juga digunakan untuk menghasilkan isyarat horizontal dan vertikal
untuk mengontrol berkas elektron pada pesawat TV. Masih banyak lagi penerapan
rangkaian ini pada sistem lain seperti kalkulator, komputer dan transmiter RF.
Kita dapat mengelompokkan osilator
berdasarkan metode pengoperasiannya menjadi dua kelompok, yaitu osilator
balikan dan osilator relaksasi. Masing-masing kelompok memiliki keistimewaan
tersendiri.
Pada osilator balikan, sebagian daya
keluaran dikembalikan ke masukan yang miasalnya dengan menggunakan rangkaian LC.
Osilator biasanya dioperasikan pada frekuensi tertentu. Osilator gelombang
sinus biasanya termasuk kelompok osilator ini dengan frekuensi operasi dari
beberapa Hz sampai jutaan Hz. Osilator balikan banyak digunakan pada rangkaian
penerima radio dan TV dan pada transmiter.
Osilator relaksasi merespon piranti
elektronik dimana akan bekerja pada selang waktu tertentu kemudian mati untuk
periode waktu tertentu. Kondisi pengoperasian ini berulang secara mandiri dan
kontinu. Osilator ini biasanya merespon proses pemuatan dan pengosongan
jaringan RC atau RL. Osilator ini biasanya membangkitkan isyarat gelombang
kotak atau segitiga. Aplikasi osilator ini diantaranya pada generator penyapu
horizontal dan vertikal pada penerima TV. Osilator relaksasi dapat merespon aplikasi
frekuensi-rendah dengan sangat baik.
Dasar-dasar
Osilator
Diagram blok osilator balikan diperlihatkan
pada gambar di bawah. Terlihat osilator memiliki perangkat penguat, jaringan
balikan, rangkaian penentu frekuensi dan catu daya. Isyarat masukan diperkuat
oleh penguat (amplifier) kemudian sebagian isyarat yang telah diperkuat
dikirim kembali ke masukan melalui rangkaian balikan. Isyarat balikan harus
memiliki fase dan nilai yang betul agar terjadi osilasi.
Osilator
Hartley
Osilator Hartley seperti pada gambar di
bawah banyak digunakan pada rangkaian penerima radio AM dan FM. Frekuensi
resonansi ditentukan oleh harga 1 T dan 1 C . Kapasitor 2 C berfungsi
sebagai penggandeng AC ke basis 1 Q . Tegangan panjar 1 Q diberikan
oleh resistor 2 R dan 1 R . Kapasitor 4 C sebagai
penggandeng variasi tegangan kolektor dengan bagian bawah 1 T . Kumparan
penarik RF ( 1 L ) menahan AC agar tidak ke pencatu daya. 1 L juga
berfungsi sebagai beban rangkaian. 1 Q adalah dari tipe n-p-n dengan
konfigurasi emitor bersama.
Saat daya DC diberikan pada rangkaian,
arus mengalir dari bagian negatif dari sumber lewat 1 R ke emitor. Kolektor dan basis keduanya dihubungkan ke bagian
positif dari CC V . Ini akan
memberikan panjar maju pada emitor-basis dan panjar mundur pada kolektor. Pada
awalnya E I , B I dan C I mengalir lewat 1 Q .
Dengan C I mengalir lewat 1 L , tegangan kolektor mengalami
penurunan. Tegangan ke arah negative ini diberikan pada bagian bawah 1 T oleh kapasitor 4 C . Ini mengakibatkan arus mengalir
pada kumparan bawah. Elektromagnet akan membesar di sekitar kumparan. Ini akan
memotong kumparan bagian atas dan memberikan tegangan positif mengisi kapasitor
1 C . Tegangan ini juga
diberikan pada 1 Q melalui 2 C . 1 Q akhirnya sampai pada titik jenuh dan mengakibatkan tidak
terjadinya perubahan pada C V .
Medan di bagian bawah 1 T akan
dengan cepat habis dan mengakibatkan terjadinya perubahan polaritas tegangan
pada bagian atas. Keping 1 C bagian
atas sekarang menjadi negative sedangkan bagian bawah menjadi positif.
Muatan 1 C yang telah terakumulasi akan mulai dilucuti melalui 1 T melalui proses rangkaian tangki.
Tegangan negatif pada bagian atas 1 C menyebabkan
1 Q berubah ke negatif menuju cutoff. Selanjutnya ini akan
mengakibatkan C V membesar dengan
cepat. Tegangan ke arah positif kemudian ditransfer ke bagian bawah 1 T oleh 4 C , memberikan balikan. Tegangan ini akan tertambahkan pada
tegangan 1 C . Perubahan pada C V beragsur-angsur berhenti, dan
tidak ada tegangan yang dibalikkan melalui 4 C . 1 C telah
sepenuhnya terlucuti. Medan magnet di bagian bawah 1 L kemudian menghilang. 1 C
kemudian termuati lagi, dengan bagian bawah berpolaritas positif dan
bagian atas negatif. 1 Q kemudian
berkonduksi lagi. Proses ini akan berulang terus. Rangkaian tangki menghasilkan
gelombang kontinu dimana hilangnya isi tangki dipenuhi lagi melalui balikan.
Sifat khusus osilator Hartley adalah
adanya tapped coil. Sejumlah
variasi rangkaian dimungkinkan. Kumparan mungkin dapat dipasang seri dengan
kolektor. Variasi ini biasa disebut sebagai osilator Series-fed Hartley. Rangkaian seperti pada gambar 17.8 termasuk
osilator Shunt-fed Hartley.
Osilator Colpitts
Osilator Colpitts sangat mirip dengan
osilator Shunt-fed Hartley.
Perbedaan yang pokok adalah pada bagian rangkaian tangkinya. Pada osilator
Colpitts, digunakan dua kapasitor sebagai pengganti kumparan yang terbagi.
Balikan dikembangkan dengan menggunakan “medan elektrostatik” melalui jaringan
pembagi kapasitor. Frekuensi ditentukan oleh dua kapasitor terhubung seri dan
inductor
Gambar di atas memperlihatkan rangkaian
osilator Colpitts. Tegangan panjar untuk basis diberikan oleh 1 R dan 2 R sedangkan untuk emiitor diberikan oleh 4 R . Kolektor diberi panjar mundur
dengan menghubungkan ke bagian positif dari CC V melalui 3 R .
Resistor ini juga berfungsi sebagai beban kolektor. Transistor dihubungkan
dengan konfigurasi emitor-bersama.
Ketika daya DC diberikan pada rangkaian,
arus mengalir dari bagian negatif CC V
melalui 4 R , 1 Q dan 3 R . Arus C I yang
mengalir melalui 3 R menyebabkan
penurunan tegangan C V dengan
harga positif. Tegangan yang berubah ke arah negatif ini dikenakan ke bagian
atas 1 C melalui 3 C . Bagian bawah 2 C bermuatan positif dan tertambahkan
ke tegangan basis dan menaikkan harga B
I . Transistor 1 Q akan
semakin berkonduksi sampai pada titik jenuh.
Saat 1 Q sampai pada titik jenuh maka tidak ada lagi kenaikan C I dan perubahan C V juga akan terhenti. Tidak
terdapat balikan ke bagian atas 2 C .
1 C dan 2 C akan dilucuti lewat 1 L dan selanjutnya medan magnet di
sekitarnya akan menghilang. Arus pengosongan tetap berlangsung untuk sesaat.
Keping 2 C bagian bawah menjadi
bermuatan negatif dan keping 1 C bagian
atas bermuatan positif. Ini akan mengurangi tegangan maju 1 Q dan C I akan menurun. Harga C
V akan mulai naik. Kenaikan ini akan diupankan kembali ke bagian atas
keping 1 C melalui 3 C . 1 C akan bermuatan lebih positif dan bagian bawah 2 C menjadi lebih negatif. Proses ini
terus berlanjut sampai 1 Q sampai
pada titik cutoff.
Saat 1 Q sampai pada titik cutoff,
tidak ada arus C I . Tidak ada
tegangan balikan ke 1 C .
Gabungan muatan yang terkumpul pada 1 C
dan 2 C dilucuti melalui
1 L . Arus pelucutan mengalir
dari bagian bawah 2 C ke bagian
atas 1 C . Muatan negatif pada
2 C secepatnya akan habis dan
medan magnet di sekitar 1 L akan
menghilang. Arus yang mengalir masih terus berlanjut. Keping 2 C bagian bawah menjadi bermuatan
positif dan keping 1 C bagian
atas bermuatan negatif. Tegangan positif pada 2 C menarik 1 Q
dari daerah daerah cutoff .
Selanjutnya C I akan mulai
mengalir lagi dan proses dimulai lagi dari titik ini. Energi balikan
ditambahkan ke rangkaian tangki sesaat pada setiap adanya perubahan.
Besarnya balikan pada rangkaian osilator
Colpitts ditentukan oleh “nisbah kapasitansi” 1 C dan 2 C .
Harga 1 C pada rangkaian ini
jauh lebih kecil dibandingkan dengan C2
atau C1 C2 X > X . Tegangan pada 1 C lebih besar dibandingkan pada 2 C . Dengan membuat 2 C lebih kecil akan diperoleh tegangan
balikan yang lebih besar. Namun dengan menaikkan balikan terlalu tinggi akan
mengakibatkan terjadinya distorsi. Biasanya sekitar 10-50% tegangan kolektor
dikembalikan ke rangkaian tangki sebagai balikan.
Osilator Kristal
Kristal
osilator digunakan untuk menghasilkan isyarat dengan tingkat kestabilan
frekuensi yang sangat tinggi. Kristal pada osilator ini terbuat dari quartz atau Rochelle salt dengan
kualitas yang baik. Material ini memiliki kemampuan mengubah energy listrik
menjadi energi mekanik berupa getaran atau sebaliknya. Kemampuan ini lebih
dikenal dengan piezoelectric effect.
Kristal
untuk osilator ini dilekatkan di antara dua pelat logam. Kontak dibuat pada
masing-masing permukaan kristal oleh pelat logam ini kemudian diletakkan pada
suatu wadah. Kedua pelat dihubungkan ke rangkaian melalui soket.
Pada osilator ini, kristal
berperilaku sebagai rangkaian resonansi seri. Kristal seolah-olah memiliki
induktansi (L), kapasitansi (C) dan resistansi (R). Gambar osilator Kristal di atas
memperlihatkan rangkaian setara dari bagian ini. Harga L ditentukan oleh massa kristal, harga C ditentukan oleh kemampuannya berubah secara mekanik dan R berhubungan dengan gesekan mekanik.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 ALAT DAN
BAHAN BESERTA FUNGSINYA
Adapun
alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu:
1.
Catu daya berfungsi
sebagai sumber tegangan arus searah.
2.
Multimeter, digunakan
untuk mengukur hambatan, arus dan
tegangan
3.
Papan PCB,digunakan
sebagai wadah atau tempat memasang suatu rangkaian.
4.
Kabel jumper,
sebagai penghubung rangkaian jika letaknya jauh.
5.
Sinyal generator, fungsinya untuk membangkitkan sinyal
sebagai input pada osiloskop.
6.
Osiloskop, fungsinya untuk menampilkan sinyal keluar dari
rangkaian.
7.
Resistor (sebagai hambatan) dan kapasitor (sebagai penyimpan
muatan)
8.
Induktor Berfungsi sebagai
lilitan kawat pada suatu wadah yang
dapat berintikan udara, besi ataupun ferit.
III.2 PROSEDUR PERCOBAAN
Adapun
prosedur percobaan yang dilakukan pada praktikum ini yaitu:
1) Membuat rangkian Osilator dengan
menggunakan komponen dan alat praktikum yang telah persiapkan.
2) Menghubungkan rangkaian dengan catu
daya dan osiloskop serta signal generator pada rangkaian yang telah dibuat, dan
kabel positif pada input sedang kabel yang negative pada outputnya.
3) Setelah catu daya dan osiloskop di
On maka dapat dilihat gelombang sinusoida yang dihasilkan pada layar osiloskop
untuk mencari nilai frekuensinya.
4) Mengganti kapasitor dengan kapasitor
C2 yang nilainya berbeda dengan kapasitor pertama sebanyak 2 kali
dan mengulang prosedur 2-3,
5) Mengganti resistir Re dengan
resistansi yang berbeda sebanyak 2 kali dan mengulang prosedur 2-3.
6) Mencatat nilia frekuensi sesuai pada
osiloskop.
7) Menentukan nilai A sesuai dengan Vin
dan Vout nya.
BAB
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 HASIL
IV.1.1 Gambar Hasil
Percobaan
1. Gambar
rangkaian
2. Gelombang
pada Osiloskop
a. Kapasitor
C1 b. Kapasitor C2
c. Kapasitor C3
d.
Resistor R1 e.
Resistor R2 f. Resistor R3
IV.1.2 Tabel Pengamatan
1. Kapasitor
Kapasitor
|
Frekuensi
osilasi
|
C1 = 10 µF
|
2
× 5.10-4 = 10-3
Hz
|
C2
= 47 µF
|
1,5
× 5.10-4 = 7,5.10-4 Hz
|
C3
= 100 µF
|
1,5
× 5.10-4 = 7,5.10-4 Hz
|
2. Resistor
Resistor (KΩ)
|
Frekuensi
osilasi
|
R1 = 10
|
2
× 5.10-4 = 10-3
Hz
|
R2
= 68
|
1,5
× 5.10-4 = 7,5.10-4 Hz
|
R3
= 22
|
1,5
× 5.10-4 = 7,5.10-4 Hz
|
3. Tegangan
keluaran dan tegangan masukan
Vin (volt)
|
Vout (volt)
|
4,5
|
10
|
6
|
15
|
7,5
|
17.5
|
9
|
20
|
IV.1.3 Pengolahan Data
A =
20 log
Ø A1
= 20 log = 20 log 2,22 = 20 × 0,34 = 6,8
Ø A2
= 20 log = 20 log 2,5 = 20 × 0,39 = 7,9
Ø A3
= 20 log = 20 log 2,33 = 20 × 0,36 = 7,35
Ø A4
= 20 log = 20 log 2,22 = 20 × 0,34 = 6,8
IV.1.4 Grafik Hubungan
Antara Vin dan Vout
IV.1.4 Pembahasan
Pada praktikum ini
menggunakan transistor, kapasitor, resistor, dan induktor sebagai komponen
penyusun dalam rangkaian osilator yang dibuat. Adapun kapasitansi dari
kapasitor yang digunakan yaitu 10 μ F, 47 µF, dan 100 µF. Sedangkan resistansi
dari resistor yang digunakan yaitu 10 kΩ, 68 kΩ dan 22 kΩ. Rangkaian osilator
yang pertama dibuat adalah rangkaian yang menggunakan kapasitor 10 µF, dimana
dari rangkaian tersebut diperoleh frekuensi terjadinya osilasi sebesar f = 10-3 Hz.
Rangkaian osilator yang kedua dibuat adalah rangkaian yang menggunakan
kapasitor 10µF, dimana dari rangkaian tersebut diperoleh frekuensinya sebesar f
= 10-3
Hz. Sedangkan untuk kapasitor dan resistor kedua
yang dipasang pada rangkaian menghasilkan frekuensi yang sama, yaitu
sebesar f = 7,5.10-4 Hz .Bentuk
isyarat keluaran dari kedua rangkaian osilator tersebut yaitu sama-sama berupa
gelombang sinusoida. Akan tetapi, besarnya osilasi yang terlihat di osiloskop
dari kedua rangkaian berbeda karena kapasitansi dari kapasitor yang digunakan
berbeda pula. Semakin besar kapasitansi kapasitor yang digunakan pada rangkaian
osilator, maka semakin besar frekuensi osilasi yang dihasilkannya. Tetapi pada
percobaan ini tidak terlihat perbedaan yang signifikan, karena kapasitor dan
resistor yang digunakan tidak berbeda jauh kapasitansi dan resistansinya.
BAB
V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang
dapat diperoleh dari praktikum ini yaitu:
Pengaturan penguatan dan umpan balik merupakan persyaratan bagi rangkaian osilator agar menghasilkan osilasi secara terus-menerus. Frekuensi isyarat suatu gelombang dapat dihitung dengan persamaan f = 1/T . Kapasitansi kapasitor yang digunakan pada rangkaian osilator berbanding lurus dengan frekuensi osilasi yang dihasilkannya. Adanya distorsi harmonik adalah salah satu persyaratan utama bagi osilato rgelombang sinus.
Pengaturan penguatan dan umpan balik merupakan persyaratan bagi rangkaian osilator agar menghasilkan osilasi secara terus-menerus. Frekuensi isyarat suatu gelombang dapat dihitung dengan persamaan f = 1/T . Kapasitansi kapasitor yang digunakan pada rangkaian osilator berbanding lurus dengan frekuensi osilasi yang dihasilkannya. Adanya distorsi harmonik adalah salah satu persyaratan utama bagi osilato rgelombang sinus.
V.2 SARAN
V.2.1 Laboratorium
V.2.
1 Saran untuk laboraturium
·
Sebaiknya alat dan
bahan di laboraturium diganti karena sudah banyak alat dan bahan yang tidak
layak digunakan, agar hasil praktikum lebih akurat .
·
Sirkulasi udaranya
perlu diperhatikan.
V.2.
2 saran untuk asisten
·
Cara menjelaskan sudah
sangat bagus, penguasaan materi juga sudah bagus, sabar, perlu ditingkantkan,
·
Respon yang diberikan
sudah sesuai waktunya
DAFTAR PUSTAKA
Dwihono, 1996, Rangkaian Elektronika Analog, PT.Elax Media; Jakarta.
Malvino, Albert
Paul. 1996. Prinsip-prinsip Elektronika.
Jakarta : Erlangga.
Reka,
S. Rio, 1999, Fisika dan teknologi
semikonduktor, PT. Pradnya Paramita;
Jakarta.
Suarga H, Bidayatul A, 2012, Penuntun Praktikum Elektronika Dasar 2. Universitas Hasanuddin :
Makassar
Turner, Rufus. Rutherford, Brinton. 1995. 133 Rangkaian Elektronika. Jakarta :
Gramedia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar