LAPORAN
PRAKTIKUM
ELEKTRONIKA FISIS DASAR II
“PENGUAT OP-AMP”
OLEH
ADRIADIPA SAIDIN T
H21110008
KEL. II
ASISTEN: AIDA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Elektronika
merupakan ilmu yang sangat penting bagi manusia sebab menyangkut tentang
kelistrikan yang menjadi salah satu energy terpenting dalam kehidupan manusia.
Sebagai bagian dari Fisika, pada elektronika juga tidak cukup jika hanya
dipelajari secara teori sehingga
membutuhakan praktek/praktikum untuk membantu kita dalam memhami dan
mengaplikasikannya. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukanlah praktikum
elektronika dasar ini yakni tentang rangkaian Penguat Daya Audio sekaligus
untuk memenuhi persyaratan dari mata kuliah Elektronika Fisis Dasar II.
Sebuah op-amp
merupakan sebuah rangkaian integrasi ( IC ) linear yang mampu memberikan
penguatan yang sangat besar dan dapat dioperasikan pada interval tegangan yang
cukup lebar.
Pemakaian op-amp
amatlah luas meliputi bidang elektronika audio, pengatur tegangan dc, tapi aktif, penyerah presisi,
pengubah analog ke digital dan pengubah digital ke analog, pengolah isyarat
seperti cuplik tahan, penguat pengunci, pengi tegral, kendali otomatik,
computer analog, elektronika nuklir, dan lain- lain.
Sehingga pada praktikum kali ini, akan dilakukan beberapa
penggunaan op-amp dalam kasus sederhana yang meliputi sifat-sifat dasar op-amp,
yakni sebagai penguat membalik, penguat tidak membalik, integrator dan
differensiator.
I.2 RUANG LINGKUP
Percobaan penguat operasional
amplifier ini meliputi beberapa pokok pembahasan, seperti bagaimana menggunakan
op-amp sebagai penguat membalik dan tidak membalik, sebagai buffer untuk
mengatasi ketidakcocokan impedansi, sebagai differensiator dan integrator, dan
sebagai komparator serta bagaimana memahami sifat-sifat dasar op-amp baik
secara teori maupun secara praktek.
I.3 TUJUAN PERCOBAAN
Adapun tujuan dari percobaan penguat
op-amp ini, adalah:
1. Menggunakan
op-amp sebagai penguat membalik dan tidak membalik,
2. Menggunakan
op-amp sebagai buffer untuk mengatasi ketidakcocokan impedansi,
3. Menggunakan
op-amp sebagai differensiator dan integrator,
4. Menggunakan
op-amp sebagai komparator,
5. memahami
sifat-sifat dasar op-amp baik secara teori maupun secara praktek
I.4 WAKTU DAN TEMPAT
PERCOBAAN
Percobaan ini dilaksanakan
pada hari rabu tanggal 17 April 2012, pada pukul 13.30-16.30 WITA. Percobaan
ini berlangsung di laboratorium Elektronika Fisis Dasar , Fakultas Matematika
Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penguat operasional
atau op-amp ( dari kata operasional amplifer ) adalah penguat di perensial dengan masukan dan satu pengeluaran yang
mempuanyai penguatan tegangan yang amat tinggi, yaitu dalam orde 105 .
dengan penguatan yang amat tinggi ini, penguat operasional dengan rangkaian
balikan lebih banyak digunakan daripada lingkar terbuka.
Operational Amplifier atau di
singkat op-amp merupakan salah satu komponen analog yang sering digunakan
dalam berbagai aplikasi rangkaian elektronika. Aplikasi op-amp yang paling
sering dipakai antara lain adalah rangkaian inverter, non-inverter, integrator
dan differensiator. Pada pokok bahasan kali ini akan dipaparkan beberapa
aplikasi op-amp yang paling dasar, yaitu rangkaian penguat inverting,
non-inverting differensiator dan integrator.
Pada Op-Amp memiliki 2 rangkaian
feedback (umpan balik) yaitu feedback negatif dan feedback positif dimana
Feedback negatif pada op-amp memegang peranan penting. Secara umum, umpanbalik
positif akan menghasilkan osilasi sedangkan umpanbalik negatif menghasilkan
penguatan yang dapat terukur.
Op-amp pada dasarnya adalah
sebuah differential amplifier (penguat diferensial) yang memiliki dua masukan.
Input (masukan) op-amp ada yang dinamakan input inverting dan non-inverting.
Op-amp ideal memiliki open loop gain (penguatan loop terbuka) yang tak
terhingga besarnya. Seperti misalnya op-amp LM741 yang sering digunakan oleh
banyak praktisi elektronika, memiliki karakteristik tipikal open loop gain
sebesar 104 ~ 105. Penguatan yang sebesar ini membuat op-amp menjadi tidak
stabil, dan penguatannya menjadi tidak terukur (infinite). Disinilah peran
rangkaian negative feedback (umpanbalik negatif) diperlukan, sehingga op-amp
dapat dirangkai menjadi aplikasi dengan nilai penguatan yang terukur (finite).
Impedasi input op-amp ideal mestinya adalah tak terhingga, sehingga mestinya arus input pada tiap masukannya adalah 0. Sebagai perbandingan praktis, op-amp LM741 memiliki impedansi input Zin = 106 Ohm. Nilai impedansi ini masih relatif sangat besar sehingga arus input op-amp LM741 mestinya sangat kecil.
Impedasi input op-amp ideal mestinya adalah tak terhingga, sehingga mestinya arus input pada tiap masukannya adalah 0. Sebagai perbandingan praktis, op-amp LM741 memiliki impedansi input Zin = 106 Ohm. Nilai impedansi ini masih relatif sangat besar sehingga arus input op-amp LM741 mestinya sangat kecil.
Pada diagram skema di atas digambarkan susunan bagian dalam sirkuit terintegrasi penguat operasional seri
741. Nomor-nomor yang terdapat di dekat terminal pada gambar menunjukkan nomor
kaki terminal pada sirkuit terintegrasi 741 jenis 8-pin.Pin nomor 8 tidak
terhubung dengan sirkuit.
Ada beberapa hal menarik tentang sirkuit internal 741.Yang pertama
adalah transistor
masukan terhubung dengan konfigurasi pengikut
emiter NPN yang keluarannya terhubung secara langsung kepada sepasang
transistor PNP yang terkonfigurasi sebagai penguat basis
bersama. Konfigurasi ini memisahkan masukan dan mencegah sinyal umpan balik
yang mungkin memiliki efek berbahaya yang bergantung pada frekuensi.
Pasangan transistor pada bagian yang diwarnai dengan warna merah
pada diagram disebut cermin arus, di mana basis terhubung
langsung dengan kolektor pada salah satu transistor dari tiap pasangan dan
kedua transistor saling terhubung pada emiter.Penggunaan cermin arus pada
sirkuit masukan, yaitu pasangan transistor Q8 dan Q9 serta
pasangan Q12 dan, Q13 memungkinkan masukan menerima
ayunan tegangan ragam bersama tanpa melewati rentang
daerah aktif tiap transistor dalam sirkuit. Sedangkan cermin arus ketiga, yaitu
pasangan transistor Q10 dan Q11 membentuk cermin arus
yang agak berbeda dengan resistor bernilai 5 K
terhubung secara seri dengan emiter membatasi arus kolektor menjadi hampir nol
sehingga dapat menjadi hubungan impedansi tinggi kepada catu daya negatif dan tidak
membebani sirkuit masukan.
Keunikan lain dalam sirkuit internal ditunjukkan dengan warna hijau,
di mana kedua resistor bias transistor terhubung sedemikian hingga tidak
terlihat adanya sinyal masukan kepada basis transistor. Bila diasumsikan tidak
ada arus basis yang mengalir pada transistor, dan nilai sebesar 0,625 Volt maka
menurut hukum
Ohm akan diperlukan arus sebesar 0,625 V ÷ 7,5 K =
0,0833 mA melalui resistor antara basis dan kolektor. Arus tersebut juga harus
mengalir melalui resistor antara basis dan emiter sehingga menimbulkan tegangan
jepit sebesar 0,0833 mA × 4,5 K =
0,375 V sehingga menghasilkan total tegangan jepit melalui dua resistor sebesar
0,625 V + 0,375 V = 1,0 V. Hal ini digunakan untuk memberikan beda tegangan
internal sebesar 1 Volt berapa pun tegangan keluaran keseluruhan sirkuit.
Terdapat banyak sekali penggunaan
dari penguat operasional dalam berbagai jenis sirkuit listrik. Di bawah ini
dipaparkan beberapa penggunaan umum dari penguat operasional dalam contoh
sirkuit:
Komparator (pembanding)
Merupakan salah satu aplikasi
yang memanfaatkan bati simpal terbuka (open-loop gain) penguat operasional yang
sangat besar Ada jenis penguat
operasional khusus yang memang difungsikan semata-mata untuk penggunaan ini dan
agak berbeda dari penguat operasional lainnya dan umum disebut juga dengan komparator. Komparator membandingkan
dua tegangan listrik dan mengubah keluarannya untuk menunjukkan
tegangan mana yang lebih tinggi.
di mana adalah tegangan catu daya dan penguat
operasional beroperasi di antara dan .)
Penguat pembalik
Sebuah penguat pembalik menggunakan umpan balik negatif untuk membalik dan menguatkan sebuah
tegangan. Resistor Rf melewatkan sebagian sinyal keluaran kembali ke
masukan. Karena keluaran taksefase sebesar 180°, maka nilai keluaran tersebut
secara efektif mengurangi besar masukan. Ini mengurangi bati keseluruhan dari
penguat dan disebut dengan umpan balik negatif.
Di mana,
- (karena adalah bumi maya)
- Sebuah resistor dengan nilai , ditempatkan di antara masukan non-pembalik dan bumi. Walaupun tidak dibutuhkan, hal ini mengurangi galat karena arus bias masukan.
Bati dari
penguat ditentukan dari rasio antara Rf dan Rin, yaitu:
Tanda negatif menunjukkan bahwa keluaran adalah
pembalikan dari masukan. Contohnya jika Rf adalah 10.000 Ω dan Rin
adalah 1.000 Ω, maka nilai bati adalah -10.000Ω / 1.000Ω, yaitu -10.
Penguat non-pembalik
Rumus
penguatan penguat non-pembalik adalah sebagai berikut:
atau
dengan kata lain:
Dengan demikian, penguat non-pembalik memiliki bati
minimum bernilai 1. Karena tegangan sinyal masukan terhubung langsung dengan
masukan pada penguat operasional maka impedansi masukan bernilai .
Penguat diferensial
Penguat diferensial digunakan untuk mencari selisih dari dua
tegangan yang telah dikalikan dengan konstanta tertentu
yang ditentukan oleh nilai resistansi yaitu
sebesar untuk dan .[14] Penguat
jenis ini berbeda dengan diferensiator. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Sedangkan untuk dan maka bati diferensial adalah:
Penguat penjumlah
Penguat penjumlah menjumlahkan beberapa tegangan
masukan, dengan persamaan sebagai berikut:
- Saat , dan saling bebas maka:
- Saat , maka:
- Keluaran adalah terbalik.
- Impedansi masukan dari masukan ke-n adalah (di mana adalah bumi maya)
Integrator
di mana adalah waktu dan adalah tegangan keluaran pada .
Sebuah integrator dapat juga dipandang sebagai tapis pelewat-tinggi dan
dapat digunakan untuk rangkaian tapis aktif.
Diferensiator
Mendiferensiasikan sinyal hasil pembalikan terhadap
waktu dengan persamaan:
di mana dan adalah fungsi dari waktu.
Pada dasarnya diferensiator dapat
juga dibangun dari integrator dengan cara mengganti kapasitor dengan induktor, namun
tidak dilakukan karena harga induktor yang mahal dan bentuknya yang besar.
Diferensiator dapat juga dilihat sebagai tapis pelewat-rendah dan dapat digunakan sebagai tapis aktif.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 ALAT DAN BAHAN
BESERTA FUNGSINYA
Adapun alat dan bahan yang
digunakan pada percobaan ini, adalah:
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada percobaan
ini yaitu:
1.
Catu
daya berfungsi
sebagai sumber tegangan arus searah.
2.
Multimeter, digunakan untuk mengukur
hambatan, arus dan
tegangan
3.
Papan PCB,digunakan sebagai wadah atau
tempat memasang suatu rangkaian.
4.
Kabel
jumper, sebagai penghubung rangkaian jika letaknya jauh.
5.
Sinyal
generator, fungsinya untuk membangkitkan sinyal sebagai input pada osiloskop.
6.
Osiloskop,
fungsinya untuk menampilkan sinyal keluar dari rangkaian.
7.
Resistor
(sebagai hambatan) dan kapasitor (sebagai penyimpan muatan)
8.
Op-amp (LM-74)
Digunakan
sebagai penguat tegangan
III.2 PROSEDUR PERCOBAAN
Adapun
prosedur percobaan yang pada praktikum ini yaitu:
A. Penguat membalik
1.
Menyiapkan alat dan bahan yang
akan digunakan.
2. Membuat
rangkaian seperti pada gambar di bawah.
3.
Menyambungkan hasil rangkaian dengan
sumber tegangan, signal generator dan osiloskop yang telah dikalibrasi terlebih
dahulu untuk melihat isyarat masukan dan keluaran.
4.
Mengamati dan mencatat isyarat masukan
dan keluaran (Vin dan Vout).
B. Penguat tak membalik
1.
Menyiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan.
2. Membuat
rangkaian seperti pada gambar di bawah.
3. Menyambungkan
hasil rangkaian dengan sumber tegangan, signal generator dan osiloskop yang
telah dikalibrasi terlebih dahulu untuk melihat isyarat masukan dan keluaran.
4.
Mengamati dan mencatat isyarat masukan
dan keluaran (Vin dan Vout).
C. Penguat
Integrator
1.
Menyiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan.
2. Membuat
rangkaian seperti pada gambar di bawah.
3. Menyambungkan
hasil rangkaian dengan sumber tegangan, signal generator dan osiloskop yang
telah dikalibrasi terlebih dahulu untuk melihat isyarat masukan dan keluaran.
4.
Mengamati dan mencatat isyarat masukan
dan keluaran (Vin dan Vout).
C. Penguat
Differensiator
1.
Menyiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan.
2. Membuat
rangkaian seperti pada gambar di bawah.
3. Menyambungkan
hasil rangkaian dengan sumber tegangan, signal generator dan osiloskop yang
telah dikalibrasi terlebih dahulu untuk melihat isyarat masukan dan keluaran.
4.
Mengamati dan mencatat isyarat masukan
dan keluaran (Vin dan Vout).
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
IV.1 HASIL
IV.1.1 Tabel Pengamatan
a. Rangkaian penguat membalik
R1 (KΩ)
|
R2 (KΩ)
|
Vi (V)
|
10 ± 5 %
|
100 ± 5 %
|
2,25
|
b. Rangkaian penguat tak membalik
R1 (KΩ)
|
R2 (KΩ)
|
Vi (V)
|
10 ± 5 %
|
100 ± 5 %
|
7,5
|
c. Integrator
NO
|
t(waktu)
|
R
|
C
|
Vi (V)
|
1
|
0
|
1kΩ
|
10µF
|
12
|
d.
Diferensiator
NO
|
t(waktu)
|
R
|
C
|
Vi (V)
|
1
|
0
|
1kΩ
|
10µF
|
12
|
IV.1.2 Pengolahan Data
a.
Rangkaian penguat membalik
Vout
= Vo = AVi dimana A = - = - = -10 kali
Vo
= -10 x 2,25 Volt
Vo
= -22.,5 Volt
b.
Penguat Tak membalik
Vo = Vin dimana Vin =
7,5 Volt
= 7,5 Volt
=
82,5 Volt
c.
Rangkaian Integrator
V1 = dimana t=1 s dan Vin
= 12 Volt
=
=
=
d.
Rangkaian Differensiator
V1 = dimana Vin =
12 Volt
=
= –
240 Volt
IV.1.3 Gambar
a. Penguat
Membalik
Rangkaian
membalik
Gambar masukan Gambar keluaran
b.
Tak Membalik
Rangkaian
tak membalik
Ganbar osiloskop
Gambar masukan Gambar
keluaran
c.
Integrator
Rangkaian
integrator
Gambar osiloskop
Gambar masukan Gambar keluaran
IV.2 PEMBAHASAN
Dari
data yang diperoleh di atas, untuk bentuk isyarat masukan yang kita peroleh pada percobaan 4 rangkaian,
hasil yang diperoleh berupa garis lurus dan untuk bentuk isyarat keluarannya,
pada rangkaian membalik bentuk
keluarannya segi empat, rangkaian tak membalik bentuk keluarannya segi empat,
rangkaian integrator bentuk keluarannya sinusoidal dan rangkaian differensiator
bentuk keluarannya berbentuk segiempat, hal ini dipengaruhi karena terjadinya
kesalahan-kesalahan baik dari praktikan sendiri dan kesalahan pada alat.
Karena
op-amp merupakan penguat, maka tegangan masukan harus lebih besar daripada
tegangan keluaran. Ini dapat dibuktikan dengan melihat gelombang yamg
dimunculkan pada osiloskop, tetapi yang terjadi pada percobaan ini adalah
tegangan masukan lebih besar daripada tegangan keluaran. Hal demikian biasa
disebabkan oleh factor-faktor luar seperti kerusakan pada alat atau pada
praktikan yang kurang teliti.
Pada penguat
membalik sumber isyarat berupa arus dan tegangan yang kecil dan jika
dihubungkan dengan masukan yang besar maka akan menghasilkan tegangan yang
lebih besar pada keluarannya. Pada penguat tak membalik, op-amp dapat dipasang
untuk membentuk penguat tak membalik dimana isyarat dihubungkan dengan masukan
tak membalik (+) pada op-amp. Balikan melalui R2 dan R1
tetap dipasang pada masukan membalik agar membentuk balikan negatif. Selain
itu, pada percobaan ini diamati pula penguat diferensiator dan integrator
tetapi, hanya rangkaian diferensiator yang diamati isyarat keluaran dan masukan
pada osiloskop sebab waktu yang tidak efektif untuk mengamati kedua rangkaian
tersebut dan osiloskop yang digunakan hanya satu untuk semua praktikan sehingga
tidak memungkinkan untuk mengamati kedua penguat tersebut.
BAB
V
PENUTUP
V.1
Kesimpulan
Adapun yang
dapat disimpulkan dari percobaan di atas diantaranya:
1.
Op-amp dapat digunakan sebagai penguat
membalik dan tidak membalik, sebagai buffer, intedrator dan diferensiator dan
komparator.
2.
Pada rangkaian penguat membalik dan tak
membalik menggunakan resistor keluaran yang lebih besar daripada masukan
3.
Rumus untuk menentukan Vout
pada keempat rangkaian di atas adalah
a.
Penguat membalik
Vout = Vo = AVi dimana A = -
b.
Penguat tak membalik
Vo =
Vin
c.
Integrator
Vout =
d.
Diferensiator
V1
=
V.
2 Saran
V.2. 1 Saran untuk
laboraturium
·
Sebaiknya alat dan bahan di laboraturium
diganti karena sudah banyak alat dan bahan yang tidak layak digunakan, agar
hasil praktikum lebih akurat .
·
Sirkulasi udaranya perlu diperhatikan.
V.2. 2 saran untuk
asisten
·
Cara menjelaskan sudah sangat bagus,
penguasaan materi juga sudah bagus
·
Respon yang diberikan sudah sesuai
waktunya
DAFTAR PUSTAKA
Reka,
S. Rio, 1999, Fisika dan teknologi
semikonduktor, PT. Pradnya Paramita; Jakarta.
Dwihono, 1996, Rangkaian Elektronika Analog, PT.Elax
Media; Jakarta.
Malvino, Albert
Paul. 1996. Prinsip-prinsip Elektronika.
Jakarta : Erlangga.
Turner, Rufus. Rutherford, Brinton. 1995. 133 Rangkaian Elektronika. Jakarta :
Gramedia.
Suarga H, Bidayatul A, 2012, Penuntun
Praktikum Elektronika Dasar 2. Universitas Hasanuddin : Makassar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar